RSS

( PRAKTEK TEORI NILAI DALAM FILSAFAT ILMU )

LAPORAN KUNJUNGAN KE MUSEUM AFFANDI

I.                    EKSPLORASI LOKASI
Museum affandi terletak di jalan Laksda Adisucipto 167, yakni jalan utama yang menghubungkan kota Yogya dan Solo. Tepatnya di sebelah barat sungai Gajah Wong. Luas seluruh bangunan kira-kira 3500 meter persegi. Dibangun pada tahun 1981, tanpa memerlukan bantuan arsitek untuk merancang bangunannya. Sebenarnya, bangunan itu akan mendapatkan penghargaan Aga Khan Award dari Pakistan tapi Ia menolaknya, ia mengatakan bangunan itu bukanlah sebuah karya arsitektur maka iapun menolaknya.
Menurut salah seorang cucunya, pak Didit Slenthem, mengapa bangunan itu terdapat di pinggir sungai adalah karena pada saat itu, pemandangannya masih bagus, sungainya masih bersih dan jalanan tidak seramai saat ini. Dan Affandi sangat menyukai suasananya pada saat itu.
Arsitektur bangunan Museum Affandi mengambil bentuk daun pisang untuk desain atapnya, karena baginya daun pisang adalah pelindung keluarganya dari penyakit cacar pada saat ia masih susah. Ia memilih daun pisang juga karena daun pisang merupakan simbol dari perlindungan, yakni perlindungan keluarganya dari panas dan hujan.
Terdapat tiga galeri utama di Museum ini, galeri pertama merupakan ruang pameran dari karya-karyanya yang legendaries dan disusun dengan alur tertentu karena dalam prosesnya aliran karya affandi awalnya adalah realisme (1938) kemudian dalam perkembangan selanjutnya affandi lebih banyak melukis dengan aliran ekspresionis (1952). Dalam galeri ini terdapat mobil kesayangan ia yang bergambar ikan cucut.
Galeri dua merupakan ruang pameran karya-karya keluarga Affandi karena hampir seluruh keluarga Affandi mempunyai bakat melukis, isterinya tidak hanya senang melukis dengan cat dan kanvas akan tetapi juga menggunakan benang wol yang disulam.
Kemudian galeri tiga yang dibangun untuk memenuhi keinginan terakhir dari Affandi untuk menyimpan hasil karyanya dan koleksinya. Dalam galeri ini terdapat hasil karya Affandi maupun Keluarganya yang dijual. Lukisan karyanya yang paling murah adalah 1,5 M, sedangkan yang pernah laku paling mahal adalah senilai 5 M.
Dalam museum ini terdapat pula sebuah gerobag besar yang dimodifikasi sebagai kamar, yang dilengkapi dengan dapur dan toilet, gerobag ini merupakan rumah Affandi ketika ia masih hidup susah dan tidak punya rumah. Gerobak ini biasanya digunakan Maryati, Isteri Affandi untuk beristirahat siang, namun ketika ia wafat pada tahun 1991 kereta ini berubah fungsi sebagai Mushola atas wasiatnya.
 Beberapa bagian lain dari museum ini adalah studio, ruang tamu, toko souvenir dan sebuah kolam ikan, dulu kolam ini rencananya untuk kolam renang, dan sekarang kolam ini juga masih berfungsi sebagai kolam renang, bagi ikan.
II.                  PROFIL LUKISAN AFFANDI
Judul : Three expressions
Tahun : 1979
Ukuran: 95 x 144 cm
Bahan : cat minyak dan kanvas
III.                MAKNA LUKISAN
Affandi dikenal sebagai sosok yang sangat pendiam, ternyata dalam diamnya ia mengamati sifat manusia. Lukisan ini juga menunjukkan tema kemanusiaan yang biasanya ada pada lukisan Affandi. Dalam lukisan tersebut terdapat tiga wajah, yang merupakan gambaran wajahnya sendiri dalam tiga ekspresi dan dalam tiga warna yakni sedih dengan warna hijau, marah dengan warna merah dan senang dengan warna kuning.
Makna yang hendak ia sampaikan dalam lukisan ini adalah bahwa setiap manusia mempunyai tiga emosi tersebut. Yang menarik bukan hanya itu, dalam lukisan ini terdapat life symbol dari Affandi yang biasanya banyak dicari oleh kolektor lukisan Affandi, yakni matahari, tangan dan kaki.
Matahari mengandung makna sumber kehidupan, yang unik dari matahari yang sering dilukis oleh Affandi adalah matahari yang berwarna biru, menurutnya jika kita memandang matahari, maka lama-lama matahari itu akan berwarna seperti apa yang kita inginkan.
Tangan bermakna anugrah berharga yang pernah ia miliki karena dengan tanganlah ia bisa menghasilkan banyak karya berharga.
Kaki bermakna keep moving forward, ia akan terus melangkah maju menghasilkan berbagai macam karya, walau banyak rintangan maupun keterbatasan.
Affandi seringkali disamakan dengan Pablo Picasso, akan tetapi dengan rendah hati dia menjawab bahwa lukisannya tidak sehebat karya Pablo Picasso, karena Picasso melukis tidak hanya dengan rasa namun juga dengan akal, sedangkan menurut Affandi, ia melukis hanya dengan perasaan saja.
IV.                NILAI LUKISAN
Sebuah karya seni dikatakan memiliki nilai estetis karena secara tegas memadukan bentuk estetis yang obyektif dan isi pengalaman yang subyektif.
Bagaimana dengan karya Affandi?
Affandi tidak punya studio lukis tersendiri, setiap ia melukis selalu di tempat dimana lokasi obyek itu berada. Jadi, ia mengalami sendiri apa yang ia tulis, seperti halnya  ketika ia melukis wajahnya sendiri, ia berada di depan kaca kemudian melukis apa yang ia lihat. Hal itu menunujukkan isi pengalaman yang subyektif dalam setiap karya Affandi.
Kebiasaannya dalam melukis adalah ia tidak menggunakan kuas melainkan melukis dengan palet langsung dari wadahnya kemudian disempurnakan langsung dengan tangan telanjangnya. Sehingga gradasi warna yang terlihat lebih bebas dan tampak alami.  Dalam hal ini, bentuk estetis obyektif yang ditawarkan dalam berbagai karya Affandi adalah lukisan yang nampak lebih hidup dengan tebalnya cat yang ia bubuhkan sehingga nampak timbul.
Nilai aksiologi juga dimiliki oleh makna yang tersirat dalam lukisan-lukisan Affandi, contoh yang paling menonjol adalah lukisan-lukisannya pada masa-masa penjajahan, dengan caranya sendiri Ia mencoba mengekspresikan rasa Nasionalismenya melalui seni rupa.
Pria eksentrik yang lahir ditahun 1907  di Cirebon ini mempunyai cara tersendiri dalam memperjuangkan kemerdekaan NKRI, dengan bekerjasama dengan Chairil Anwar, Ia propagandakan isu kemerdekaan pada masa penjajahan dengan posternya, Affandi yang menggambar sedangkan Chairil Anwar yang menulis kata-katanya.

V.                  NILAI KUNJUNGAN
Kami tidak hanya akan menilai tentang karya-karya Affandi, akan tetapi ada sesuatu yang berkesan ketika kami kesana, ternyata, sekarang pemerintah, atau dalam hal ini Dinas Pariwisata menggalakkan GNCM ( Gerakan Nasional Cinta Museum ), Yakni program agar masyarakat lebih senang mengunjungi Museum, terutama para pelajar dan mahasiswa untuk menambah pengetahuannya. GNCM ini akan rencananya dilaksanakan hingga 5 tahun kedepan hingga tahun 2015. Ibu Helfa, cucu dari pak Affandi mengaku program inilah yang sebenarnya ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang mendedikasikan dirinya untuk mengelola museum, seperti dirinya.
                Dalam kunjungan kami kami juga menerapkan nilai kebersamaan, dengan pergi bersama-sama membuat kami  merasa seperti anak TK yang sedang piknik, walaupun hanya ke tetangganya kampus UIN Sunan Kalijaga. Dan yang pasti harga tiket masuk yang biasanya dipatok 2 $ atau kurang lebih 20ribu, menjadi tujuh ribu limaratus karena kami pergi bersama-sama.
Selain itu, kunjungan kami dalam rangka silaturahmi ke tetangga sebelah (Museum Affandi ), yang konon katanya jarang dikunjungi oleh mahasiswa-mahasiswi UIN Sunan Kalijaga.
Sebagai penutup, kami menyimpulkan bahwa ternyata seorang pelukis besar yang pernah lahir di Indonesia menyimpan berbagai makna kamanusiaan dalam setiap karyanya, Affandi adalah seorang maestro lukis yang menghasilkan masterpiece yang bernilai tinggi. Manfaat itu tidak hanya untuk dirinya tetapi juga diwariskan untuk orang-orang yang ia cintai serta kita semua yang mengambil hikmah dari apa yang selama ini ia fikirkan dan ia tuangkan dalam karyanya.
Kami sadar bahwa, laporan ini jauh dari kesempurnaan kritik dan saran kami terima agar pembuatan laporan lebih baik dan bermutu.




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar